ADAT PERNIKAHAN SUKU BUGIS MAKASSAR
ADAT
PERNIKAHAN SUKU BUGIS MAKASSAR
Disusun Oleh :
Nama : Dela Amalia Putri
Npm : 11119631
Kelas : 1KA15
UNIVERSITAS
GUNADARMA
TAHUN
AJARAN ATA 2019/2020
Seperti
yang kita ketahui bahwa di Indonesia sendiri terdiri dari berbagai jenis suku
dan juga berarti adatnya yang berbeda-beda juga. Di blog kali ini saya akan
berbagi apa sajakah yang dilakukan suku bugis ketika akan melakukan pernikahan
baik dari pihak laki-laki maupun pihak perempuan. Masyarakat Makassar juga
sangat melestarikan adat ini. Berbagai ritual yang dijalani adalah sebagai
berikut:
Pengantin
Bugis-Makassar via https://www.google.co.id
1.
Ma’manu-manu/ A’ jagang-jagang
6.
Mappacci / Tudammpenni
Sebelum melakukan proses lamaran atau
melamar. Pihak keluarga dari calon mempelai pria melakukan penyelidikan
mengenai calon mempelai perempuan. Seperti latar belakang, dan pendidikannya. Momen ini juga
dimanfaatkan untuk membahas besaran nilai uang panai dan mahar, jika
memang keluarga mempelai perempuan menerima pinangan sang laki-laki.
2.
A’suro/Massuro
Setelah melakukan pengenalan
lebih dalam, barulah keluarga dari pihak laki-laki melakukan acara lamaran
secara resmi.
3. Mappetuada
Prosesi pernikahan adat Bugis
selanjutnya adalah tahap mappetuada. Acara mappetuada ini bertujuan
untuk mengumumkan apa yang telah disepakati sebelumnya mengenai tanggal
pernikahan, mahar dan lain-lain. Biasanya di mappetuada, pinangan
diresmikan dengan diberikan hantaran berupa perhiasan kepada pihak perempuan.
4.
Mappasau
Botting & Cemme Passih
Mappasau botting, yang berarti merawat pengantin, adalah ritual awal
dalam upacara pernikahan. Acara ini berlangsung selama tiga hari berturut-turut
sebelum hari H. Selama tiga hari tersebut pengantin menjalani perawatan
tradisional seperti mandi uap dan menggunakan bedak hitam dari campuran beras
ketan, asam Jawa dan jeruk nipis. Mandi uap ini bertujuan untuk menghilangkan aroma tidak sedap pada
tubuh. Cemme passih sendiri merupakan mandi
tolak balak yang dilakukan untuk meminta perlindungan Tuhan dari bahaya.
Upacara ini umumnya dilakukan pada pagi hari, sehari sebelum hari H.
5.
Mappanre
Temme
Karena mayoritas suku Bugis memeluk agama Islam, pada
sore hari sehari sebelum hari pernikahan, diadakan acara mappanre temme atau
khatam al-Quran dan pembacaan barzanji yang
dipimpin oleh seorang imam.
6.
Mappacci / Tudammpenni
Prosesi siraman ini bertujuan
untuk tolak bala dan membersihkan calon mempelai lahir dan batin. Biasanya air
siraman atau mappasili diambil
dari tujuh mata air dan juga berisi tujuh macam bunga. Selain itu terdapat juga
koin di dalam air mappasili.
Selesai mappasili,
tamu undangan yang hadir akan berebut koin yang terdapat di dalam air mappasili. Koin
yang didapatkan akan diberikan kepada anaknya yang belum menikah.
Ada kepercayaan di orang-orang
Bugis Makassar kalau anaknya akan mudah mendapatkan jodoh setelah memiliki koin
tersebut. Selain itu, saudara dan sepupu dari calon mempelai yang belum menikah
biasanya akan ikut dimandikan setelah calon mempelai selesai. Semua itu
dilakukan agar saudara dan sepupu dari calon mempelai juga menjadi enteng
jodoh.
7.
Mappenre Botting
Mappenre botting berarti
mengantar mempelai laki-laki ke rumah mempelai perempuan. Mempelai laki-laki
diantar oleh iring-iringan tanpa kehadiran orangtuanya. Iring-iringan tersebut
biasanya terdiri dari indo botting (inang
pengantin) dan passepi (pendamping mempelai).
8.
Madduppa Botting
Setelah mappenre botting, dilakukan madduppa botting atau
penyambutan kedatangan mempelai laki-laki. Penyambutan ini biasanya dilakukan
oleh dua orang penyambut (satu remaja perempuan dan satu remaja laki-laki), dua
orang pakkusu-kusu (perempuan yang sudah menikah), dua
orang pallipa sabbe (orangtua laki-laki dan
perempuan setengah baya sebagai wakil orangtua mempelai perempuan) dan seorang
perempuan penebar wenno.
9.
Mappasikarawa /
Mappasiluka
Setelah akad nikah, mempelai laki-laki dituntun menuju kamar mempelai
perempuan untuk melakukan sentuhan pertama. Bagi suku Bugis, sentuhan pertama
mempelai laki-laki memegang peran penting dalam keberhasilan kehidupan rumah
tangga pengantin.
10.
Marola / Mapparola
Pada tahapan ini, mempelai perempuan melakukan kunjungan balasan ke
rumah mempelai lelaki. Bersama dengan iring-iringannya, pengantin perempuan
membawa sarung tenun sebagai hadiah pernikahan untuk keluarga suami.
11.
Mallukka Botting
Dalam prosesi ini, kedua pengantin menanggalkan busana pengantin mereka.
Setelah itu pengantin laki-laki umumnya mengenakan celana panjang hitam, kemeja
panjang putih dan kopiah, sementara pengantin perempuan menggunakan rok atau
celana panjang, kebaya dan kerudung. Kemudian pengantin laki-laki dililitkan
tubuhnya dengan tujuh lembar kain sutera yang kemudian dilepas satu persatu.
12.
Ziarah
Sehari setelah hari pernikahan berlangsung, kedua pengantin, bersama
dengan keluarga pengantin perempuan melakukan ziarah ke makam leluhur. Ziarah
ini merupakan bentuk penghormatan dan syukur atas pernikahan yang telah
berlangsung lancar.
13.
Massita Beseng
Sebagai penutup rangkaian acara pernikahan, kedua keluarga pengantin
bertemu di rumah pengantin perempuan. Kegiatan ini bertujuan untuk membangun
tali silaturahmi antara kedua keluarga.
Demikianlah beberapa prosesi
pernikahan yang dilakukan suku bugis Makassar. Namun, di zaman sekarang ini
banyak pula yang menggunakan adat pernikahan modern karena dianggap lebih sederhana.
Namun, tidak ada salahnya juga kita tetap melestarikan adat dan kebudayaan
Bugis Makassar ini.
Sumber:
Komentar
Posting Komentar